RSS

DHCP client analisys

menganalisa DHCP clien


IP ke tiga komputer sekaligus, yaitu 10.10.1.1, 10.10.1.2, dan 10.10.1.3. Konsep DHCP Server.
Mengingat alamat IP yang sudah digunakan oleh setiap komputer tentulah bukan suatu pekerjaan yang mudah dan santai, apalagi terdapat lebih dari seratus komputer. Setiap instalasi komputer baru, Anda harus menari IP yang belum terpakai atau IP akan bentrok. Belum lagi komputer yang rusak dan diganti sehingga Anda harus mengingat kembali alamat IP yang lama, maka munculah ide untuk mengotomatisasi pengalamatan IP dengan DHCP
.

Komputer yang telah dikonfigurasikan agar menggunakan DHCP
.Komputer yang mendapatkan penawaran dari DHCP Server ini akan memilih dari sekian penawaran IP secara acak jika dalam network terdapat beberapa DHCP Server.


Proses penyewaan alamat IP seara teknis adalah:
1.Client mengirimkan broadcast DHCPDISKCOVER untuk mencari DHCP Server.
2.DHCP Server yang tersedia mengirimkan DHCPOFFER serta IP dan waktu penyewaan.
3.Client yang menerima penawaran IP dari DHCP Server mengirimkan DHCPREQUEST.
4.Proses terakhir, DHP Server mengirimkan DHPPACK.

Pembaruan Penyewaan IP
Sebenarnya ketika DHCP Server menyewakan IP ke komputer client, DHCP Server akan mengatakan, “OK, saya akan menyewakan IP ini untuk Anda selama sekian hari”. Agar komputer client bisa tetap aktif dan berkomunikasi dalam jaringan, maka penyewaan IP perlu dilakukan penyewaan kembali sebelum masa akhir penyewaan IP habis.

Komputer client akan secara otomatis memperbaharui penyewaan IP ketika mencapai 50% dari masa waktu penyewaan dengan mengirimkan DHCPREQUEST ke DHCP Server. Jadi misalkan saja penyewaan IP adalah 8 hari, maka pada hari ke 4, komputer client akan mencoba memperbaharui penyewaan IP ini secara otomatis. Andaikan saja pada saat penyewaan mencapai 50% dan penyewaan IP kembali gagal dilakukan karena DHCP server sedang diperbaiki, maka komputer secara otomatis akan mencoba lagi memperbaharui penyewaan IP pada saat masa sewa mencapai 87.5%. Bagaimana jika komputer client tetap tidak dapat memperbaharui masa penyewaan IP tersebut? Maka tidak seperti hukum di Indonesia yang bisa seenaknya dimainkan, komputer client harus melepaskan IP yang telah disewa dan mencari DHCP server yang lain atau tidak mendapatkan alamat IP yang baru.

Instalasi DHCP Server pada Windows 2003
Sebelumnya sudah kita bicarakan setting IP otomatis yang akan mengambil konfigurasi IP melalui DHCP Server, pada bagian ini akan kita lihat bagaimana melakukan instalasi dan pemakaian dari DHCP server.

Windows 2003 seperti juga pada server pendahulunya (Windows 2000 NT) sudah mengikutsertakan servies untuk berfungsi sebagai DHCP server. Walaupun services dari DHCP ini tidak terinstalasi secara default, tapi Anda bisa menginstalnya dengan sangat mudah, yaitu melalui menu: Start > Control Panel > Add Or Remove Programs > Add/Remove Windows Components > Networking Services > Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP).


Scope

Tugas DHCP server adalah memberikan IP atau yang lebih dikenal, menyewakan IP ke client. IP apa saja yang disewakan ke client? IP yang ditawarkan atau biasanya range IP yang ditawarkan oleh DHCP server disebut sebagai scope. Misalkan Anda mempunyai scope antara 10.10.1.1 s/d 10.10.1.3, artinya DHCP server Anda bisa memberikan

Biasanya saya memberikan range IP secara lengkap ke dalam DHCP. Jadi misalkan network saya menggunakan IP 192.168.0.0/ 24 (subnet mask 255.255.255.0 jika Anda lupa dengan arti dari angka 24 ini) atau 192.168.0.1-192.168.0.254 maka saya akan membuat range “Start IP address” dengan nilai 192.168.0.1 dan “End IP address” dengan nilai 192.168.0.254. Bagaimana jika nomor IP 192.168.0.9 dan 192.168.0.10 sudah terpakai untuk server saya? Apakah tidak bentrok jika DHCP masih tetap menawarkannya? Tentu saja akan bentrok jika DHCP server Anda menawarkannya, karena itulah nantinya harus Anda set agar IP yang sudah digunakan jaringan lagi ditawarkan melalui pilihan Exclude.

Sebagai sedikit gambaran dalam perancangan penggunaan IP, misalkan saya mempunyai network range yang digunakan 192.168.0.1 s/d 192.168.0.254, maka saya akan tetapkan, semua server harus menggunakan IP permanen antara 192.168.0.1-192.168.20, untuk alat network seperti swicth, router dan lain-lain akan menggunakan range IP 192.168.0.21-192.168.0.50. Nantinya pada DHCP server saya tinggal set agar range IP dari 192.168.0.1 s/d 192.168.0.50 harus di-exclude atau tidak boleh ditawarkan ke client. Pada saat pemasangan server baru, saya tinggal menggunakan salah satu IP dari range IP 192.168.0.1-192.168.0.20 dan tidak perlu melakukan apapun pada DHCP server yang sedang berjalan. Tentu saja Anda bisa melebarkan range IP untuk server maupun alat-alat komunikasi sesuai dengan kebutuhan Anda dan nantinya.

Untuk mengaktifkan sebuah scope, klik gambar server kemudian pilih Action > New Scope atau klik kanan New Scope. Kolom “Start IP address” dan “End IP address” meminta Anda agar memasukan alamat IP awal dan alamat IP akhir yang akan digunakan. Karena saya menggunakan network 192.168.0.0/24 maka saya bisa memasukan IP 192.168.0.1 pada kolom “Start Ip address” sedangkan pada kolom “End Ip address” dimasukan IP 192.168.0.254 (ingat alamat 192.168.0.0 dan 192.168.0.255 tidak bisa digunakan). Selain “Start IP address” dan “End IP address” Anda juga harus mengisi subnet mask yang digunakan dalam bentuk jumlah bit (length) atau dalam bentuk desimal.

Seperti yang telah saya dijelaskan, Anda bisa memasukan IP dalam scope yang tidak boleh disewakan ke client pada bagian “Add Exculusions”. Pada bagian ini Anda bisa memasukan per IP secara satu persatu atau dalam suatu range. Disini terlihat betapa membantunya desain penggunaan IP yang telah saya lakukan sehingga saya hanya perlu memasukan IP range 192.168.0.1 s/d 192.168.0.50 dari pada saya harus memasukannya satu per satu IP yang digunakan oleh server dan alat-alat komunikasi jaringan.

Untuk memasukan IP satu per satu, Anda bisa memasukannya dalam Start IP address dan End IP address dengan IP yang sama. Jadi misalkan Anda mempunyai satu IP yang harus di-exclude yaitu 192.168.0.100, maka masukan IP 192.168.0.100 dalam kolom “Start IP address” maupun “End IP address” kemudian klik tombol Add.

Durasi penawaran-penawaran IP oleh DHCP server ke client dimasukkan ke dalam bagian “Lease Duration
. Jadi pada bagian inilah Anda menentukan berapa lama sebuah komputer yang meminjam IP dari DHCP server harus memperbarui IP yang telah dipinjamnya. Secara default, waktu yang terisi adalah 8 hari yang tentu saja sudah cukup lama. Semakin lama waktu sewa tentunya lalu lintas data pada jaringan Anda juga akan semakin sedikit; tapi saya sendiri lebih suka waktu penyewaan atau lease duration selama 1 hari selama suatu jaringan belum benar-benar dirancang dengan sangat baik. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan kebijakan seperti alamat server DNS yang berubah dan lain-alin. Dengan lease duration 1 hari, kenaikan lau lintas data akan cukup terasa jika terdapat ratusan komputer karena proses pembaruan dan penyewaan menggunakan sekitar empat kali 576 bytes. Setelah mendapatkan network yang lebih mantap, Anda bisa secara bertahap menaikan lease duration secara bertahap.

Selain konfigurasi IP yang disewakan ke client, Anda juga bisa mengatur alamt DNS, Default Gateway dan lain-lain. Dengan demikian, penyewaan IP oleh client berupa satu paket lengkap dengan seting alamat DNS, Default gateway dan lain-lain, dan karean alasan inilah saya lebih suka dengan lease duration selama 24 jam. Andaikan terjadi perubahan alamat DNS dan perubahan Gateway saya bisa segera memasukannya ke dalam DHCP server sehingga client tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan data yang terbaru, atau saya tidak perlu mendengar terlalu lama omelan-omelan yang segera datang dari pengguna.

Pilihan pertama yang bisa Anda informasikan konfigurasi tambahan pada IP adalah alamat default gateway. Alamat default gateway ini biasanya merupakan alamat dari router jika Anda terhubung dengan WAN atau Internet. Default gateway bisa dikatakan sebagai alamat yang Anda tuju ketika berhubungan dengan network lain yang tentu saja selain network lokal. Komunikasi dengan network lokal tidak akan bisa melalui default gateway, karena itu Anda tidak bisa merancang dua network yang dihubungkan dengan leased line dan router dengan alamat network yang sama.

Pada bagian selanjutnya, Anda bisa memasukan domain yang digunakan dalam network pada kolom ”Parent Domain”
.. Selanjutnya, pada kolom “Server name” dan “IP address” digunakan untuk memberikan informasi lokasi DNS server dalam network. Anda bisa memasukan nama server dari DNS server saja jika tidak hafal dengan alamat IP-nya dan mengklik tombol “Resolve”, maka alamat IP dari nama DNS yang dimasukan akan diisi secara otomatis. Selanjutnya jangan lupa mengklik tombol “Add”.

Setelah seting domain dan informasi DNS, Anda bisa juga memasukan lokasi WINS
Setelah DHCP server aktif, Anda akan melihat gambar server DHCP dan juga berbagai informasi yang penting bagi administrator (Gambar 5.11). Beberapa hal yang bisa Anda lihat adalah nama scope, kemudian “Address Pool” yang menginformasikan range dari IP yang boleh dan tidak boleh (exclude) diberikan ke DHCP client. “Address Leases” menunjukkan IP yang telah disewa oleh client dan informasi nama komputer yang menyewa IP tersebut serta kapan IP yang disewa akan habis masa waktunya (expired). “Reservation”  untuk menunjukkan pemberian alamat IP tertentu pada komputer yang tetap. “Scope Option” adalah tambahan informasi pada setting IP yang telah kita berikan seperti informasi DNS dan informasi Default gateway. Pada bagian terakhir, yaitu “Server Option” sebenarnya tidak terlalu banyak berguna karena digunkan hanya jika Anda mempunyai banyak scope dalam satu DHCP server. Daripada melakukan setting informasi DNS server pada setiap scope,  bisa melakukan setting pada “Server Option” yang akan menjadi default setting pada semua scope.

INFO
Jika Anda ingin mengaktifkan DHCP server dalam network yang memiliki Active Directory maka terdapat langkah tambahan yang harus Anda lakukan yaitu otorisasi (authorize). Tanpa otorisasi, DHCP server 2003 Anda tidak akan bisa diaktifkan. Saya katakan DHCP server 2003 karena jika Anda membuat DHCP server dengan sistem lain seperti Linux atau Windows NT, Anda tetap bisa mengaktifkan DHCP server tanpa otorisasi. Untuk melakukan otorisasi, klik menu Action > Manage Authorized Servies > sorot server Anda dan klik “Authorized”.

Reservation
Jika Anda mempunyai satu komputer yang membutuhkan penyewaan IP yang selalu sama, Anda bisa melakukannya melalui bagian “Reservation”. Klik-kanan pada bagian “Reservation” dan pilih “New Reservation”
.

Bagaimana DHCP server bisa mengenal komputer yang tidak mempunyai alamat IP? Padqa saat client meminta alamat IP, sebenarnya dikirimkan juga informasi dari alamat MAC atau alamat dari ethernet card yang digunakan oleh client (MAC adalah alamat fisik sebuah ethernet card yang selalu unik).

Berdasarkan informasi dari MAC inilah, DHCP server menentukan apakah komputer yang bersangkutan perlu diberikan IP yang telah ditentukan. Informasi lainnya selain dari MAC Address, umumnya hanya berfungsi sebagai informasi lainnya saja seperti “Reservation name” dan “Description”. Pada kolom “IP Address” Anda memasukan alamat IP yang akan diberikan khusus ke alamat MAC yang telah ditentukan.

Pada bagian terakhir Anda akan melihat type support, yaitu berupa DHCP atau BOOTP. Jika Anda masih ingat dengan konsep diskless atau komputer tanpa hardisk dan disket yang melakukan boot langsung dan terkoneksi ke server, maka itulah BOOTP. BOOTP dulunya terkenal di Novell tapi saat ini tampaknya sudah memudar. Microsoft sendiri juga tidak mendukung BOOTP dalam produknya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar